Home » » Ikhlas Mengerjakan Shalat Tahajud Karena Allah (Part II)

Ikhlas Mengerjakan Shalat Tahajud Karena Allah (Part II)

ini merupakan artikel ke-2 tentang "Ikhlas Mengerjakan Shalat Tahajud Karena Allah", kami sengaja membaginya untuk beberapa part agar kalian pembaca tidak merasa bosan atas artikel yang telah kami buat. 
 lanjutan :
      
     Ibnul Qayyim ra mengatakan, "Amal yang paling bermanfaat adalah amal yang engkau lakukan dengan ikhlas, yaitu amal yang engkau sembunyikan dari orang lain dan dari dirimu sendiri, dengan memandang bahwa hal itu adalah karunia Allah.:
     Fudhail bin 'Iyadh ra mengatakan, "Tidak mau beramal karena manusia adalah riya', sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Sementara itu, yang dimaksud ikhlas adalah apabila Allah menjagamu dari keduanya."
     Para ulama salaf yang berusaha dengan sungguh-sungguh agar ketaatan yang mereka kerjakan itu ikhlas karena mengharapkan ridha Allah; bukan karena riya' dan sum'ah. Termasuk dalam hal ini adalah qiyamul lail (Shalat Tahajud).
     Seseorang bertanya kepada sahabat Tamim Ad-Dari ra, "Bagaimana shalat malam Anda?" Mendengar pertanyaan ini, Tamim sangat marah. Dia lalu berkata, "Demi Allah, shalat satu rakaat yang kukerjakan pada sepertiga akhir malam secara diam-diam lebih aku senangi daripada shalat semalam suntuk yang kukerjakan, kemudian aku menceritakannya kepada orang lain."
     Muhammad bin A'yun menceritakn kisah berikut.
     Suatu ketika aku menyertai Abdullah Ibnul Mubarak dalam sebuah peperangan di negeri Romawi. Setelah kami mengerjakan shalat isya', Abdullah Ibnul Mubarak meletakkan kepalanya di atas tanah agar terlihat olehku bahwa dia telah tidur. Dalam hati, aku berkata "Wah, saya masih membawa tombak di tangan." Aku pun menggengam tombak itu. Lalu, kusandarkan kepalaku di atasnya seakan-akan juga tidur. Dia bangkit dengan sangat pelan agar tidak terdengar oleh seorang pun. Dia lalu mengerjakan shalat hingga terbit fajar. Tatkala terbit fajar, Abdullah Ibnul Mubarak datang membangunkanku. Dia menyangka bahwa aku tidur. Dia berkata "Wahai Muhammad, bangun!",  "Aku tidak tidur", jawabku.
    Mendengar jawabanku dan mengetahui bahwa akunmelihat shalat yang dia kerjakan semalam, Abdullah Ibnul Mubarak tidak pernah lagi berbicara padaku. Dia juga tidak bersikap terbuka kepadaku dalam semua hal yang dia kerjakan dalam peperangan itu. Sepertinya dia merasa tidak senang ketika aku mengetahuinya mengerjakan shalat malam. Perasaan tidak senang itu terus aku lihat di waja Ibnul Mubarak sampai dia meninggal. belum pernah aku melihat orang yang sangat menjaga rahasia perbuatan baiknya melebihi dirinya.
     Muhammad Ibnul Munkadir ra becerita., "Pada suatu malam aku menghadap mimbar (yaitu mimbar Rasulullah SAW di Masjid Nabawi) untuk mengerjakan shalat. Pada sepertiga akhir malam aku memanjatkan doa. Tiba-tiba saja datang seseorang dengan kepala tertutup kain ke dekat salah satu tiang masjid. Dia berdoa, "Wahai Rabbku. Sesungguhnya penceklik telah menimpa hamba-hamba-Mu. Kini aku bersumpah atas nama-Mu, turunkanlah hujan.' Tidak sampai satu jam setelah itu, tiba-tiba datang awan, kemudian turunlah hujan dengan deras. " Sangat jarang ada orang baik yang tidak dikenal oleh Ibnul Munkadir. dia pun berkata, "Orang ini tinggal di Madinah, namun aku tidak mengenalnya." Selesai mengucapkan salam dari shalatnya, Ibnul Munkadir mengikutinya agar mengetahui diimana rumahnya.
     Pagi harinya, Ibnul Munkadir mendatangi rumah tersebut. Dia mengucapkan salam dan memberitahu bahwa dirinya mendengar sumpah kepada Allah yang diucapkan oleh orang itu tdai malam agar menurunkan hujan kepada hamba-hamban-Nya. Raut muka orang itu tiba-tiba berubah. Dia marah mendengar cerita Ibnul Munkadir. Kepadanya, Ibnul Munkadir menawarkan, "Maukah engkau menerima harta dariku agar engkau bisa terbantu dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah dan bisa fokus memikirkan akhirat?" Orang itu menjawab, "Saya tidak menginginkan apa pund arimu. Akan tetapi, jangan menceritakanku kepada siapapun. jangan pula menceritakan peristiwa yang engkau lihat tadi malam kepada siapapun hingga saya meninggal. Jangan pernah mendatangiku lagi, wahai Ibnul Munkadir. Jika mendatangiku, berarti engkau telah membuatku terkenal di kalangan manusia." Ibnul Munkadir berkata, "Sesungguhnya saya senang betemu denganmu." "Temui saja diriku di masjid", jawab orang itu. Setelah peristiwa tersebut, orang itu meninggalkan rumah yang dikontraknya. Dia menghilang begitu saja dan tidak diketahui kabarnya. Pemilik rumah itu berkata, "Allah menjadi saksi seorang shalih dari kami."
     Saudaraku! Perbaikilah niatmu kepada Rabbmu. Nitakan perbuatan dan perkataanmu untuk meraih pahala Rabbmu. Bermunajatlah kepada Rabbmu seraya lisanmu berkata,
     Begadangnya mata bukan untuk mencari keridhaan-Mu tiada berguna
     tangisannya bukan karena kehilangan-Mu adalah sia-sia belaka. 

Selesai sudah kita membahas Kiat 1 tentang "Ikhlas Mengerjakan Shalat Tahajud Karena Allah", semoga kalian semua sadar akan pentingnya perbuatan dengan niat yang baik karena Allah SWT. Selanjutnya  kami akan share kembali tentang "Menyadari Bahwa Allah memanggilmu untuk Shalat Tahajud" di Kiat 2, jadi dipantau terus yaa postingan dari kami. Salam - Info Dunia.

0 komentar:

Posting Komentar